Senin, 02 Juni 2014

Tokoh – Tokoh yang Menganut Teori Behavioristik, Kognitivisme, Konstruktivisme

Tokoh-Tokoh yang Menganut Teori Behavioristik

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat. Adapun tokoh-tokoh yang menganut teori Behavioristik adalah sebagai berikut :

1.    Edward Lee Thomdike (1874-1949 )
Menurut Thomdike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R). Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respon perlu adanya kemampuan untuk memilih respon yang tepat serta melalui usaha (trials) dan kegagalan (error) terlebih dahulu.Oleh karena itu teori belajar ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi.
Thomdike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon mengikuti hukum-hukum betikut:
  • Hukum kesiapan yaitu semakin siap organisme memperoleh perubahan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
  • Hukum akibat yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.
  • Hukum latihan yaitu semakin sering tingkah laku diulang maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.

2.    Ivan Petrovich Pavlov ( 1849-1936 )
Ivan Petrovich Pavlov meraih penghargaan Nobel dalam bidang psikology or medicine pada tahun 1904. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi behavioristik di Amerika. Classic conditioning (pengkondisian ) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing , dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Pavlov mengadakan operasi leher pada seekor anjing sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan maka akan keluarlah air liurnya. Kini sebelum makanan diperlihatkan maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar juga. Dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan , sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya

3.    Burrhus Frederic Skinner ( 1904 -1990 )
Burrhus Frederic Skinner dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction ) dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning.Operant conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operan ( penguatan positif atau negative ) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.Berdasarkan berbagai percobaan pada tikus dan burung merpati , Skinner menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus – respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan menjadi dua yaitu penguatan positif yang berupa hadiah, perilaku atau penghargaan dan penguatan negative yang berupa menunda / tidak memberi penghargaan,  memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.
Prinsip belaja Skinner antara lain :
  • Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan , jika benar diberi penguat
  • proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar
  • Materi pelajaran digunakan system modul
  • Dalam proses pembelajaran tidak digunakan hukuman
  • Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer
  • Dalam pembelajaran digunakan shaping





4.    Robert Gagne ( 1916-2002 )
Menurut Robert Gagne, belajar dimulai dari paling sederhana (belajar signal) dilanjutkan pada yang lebih kompleks sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi dan prakteknya tetap mengacu pada asosiasi stimulus-respon.

5.    Albert Bandura (1925- masih hidup sampai sekarang )
Teori belajar social Bandura menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap, dan reaksi emosi orang lain. Teori Bandura menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam berbagai pendidikkan secara masal.
Aplikasi Teori Behavioristik Terhadap Pembelajaran Siswa
  • Guru menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru
  • Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun simulasi
  • Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks
  • Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
  • Kesalahan harus segera diperbaiki
  • Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan
  • Evaulasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.




Tokoh-Tokoh yang Menganut Teori Kognitivisme

Pada teori belajar kognitivisme, belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan perseptual untuk memperoleh pemahaman. Tujuan dan tingkah laku sangat dipengaruhi oleh proses berfikir internal yang terjadi selama proses belajar. Menurut teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Tokoh-tokoh dan teori yang mendukung kognitivisme adalah:

1.    Piaget (Teori Perkembangan Kognitif)
Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat tahap utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
·         Tahap sensorimotor
·         Tahap praoperasional
·         Tahap operasional konkrit
·         Tahap operasional formal
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Perubahan skema tersebut meliputi :
·         Asimilasi yaitu proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya.
·         Akomodasi yaitu bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali.
·         Equilibrium yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Melalui proses asimilasi dan akomodasi, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan seimbang. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas. Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.

2.    Robert Gagne (Teori Pemrosesan Informasi)
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu:
·         Motivasi
·         Pemahaman
·         Pemerolehan
·         Penyimpanan
·         Ingatan kembali
·         Generalisasi
·         Perlakuan
·         Umpan balik

3.    Bruner
Proses belajar lebih ditentukan oleh karena cara kita mengatur materi pelajaran dan bukan ditentukan oleh umur siswa. Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap:
·         Enaktif (aktivitas)
·         Ekonik (visual verbal)
·         Simbolik
Bruner membedakan dua proses yang berkaitan dengan kategori yaitu:
·         Pembentukan konsep (mempelajari konsep yang berbeda)
·         Konsep tingkat (mengenali sifat yang menentukan kategori) 

Bruner berpendapat bahawa pembentukan konsep merupakan proses yang terjadi pada anak umur 0-14 tahun, sementara konsep konsep tingkat terbentuk pada usia 15 tahun atau lebih. Konsep dibagi dalam tiga kategori yaitu:
·         Konsep konjungtif: Konsep ini merujuk kepada konsep yang mempunyai beberapa bagian yang tergabung dan tidak terpisahkan ataupun terkurangkan. Apabila salah satu bagian ini diabaikan, maka, konsep tersebut menjadi kurang lengkap.
·         Konsep disjungtif: Konsep ini merujuk pada bagian-bagian yang tergabung di dalam suatu konsep dan ini boleh digunakan dalam satu situasi ataupun situasi yang lain. 
·         Konsep hubungan: Konsep ini merujuk pada hubungan khas antara satu sama lain yang terwujud diantara bagian-bagian tersebut. Kebanyakkan hubungan ini terdiri dari bagian-bagian yang mengandungi masa dan ruang.

Selain itu Bruner berpendapat bahwa fungsi konsep utamanya adalah menyusun informasi pada sifat-sifat umum bagi suatu kumpulan objek atau gagasan, dengan tujuan agar lebih ringkas, mudah difahami, mudah dipelajari dan mengingatnya. Bruner juga berpendapat bahwa bahasa merupakan medium yang penting dalam perkembangan kognitif manusia. Bruner mempercayai bahwa manusia memulai tindakan sebagai usaha memahami alam sekitar, dan apabila tindakan tidak mencukupi, ia akan beralih pada penggunaan gambar atau simbol yang mana bahasa sangat memainkan peranan. 

4.    Ausubel (Teori Belajar Bermakna)
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar- akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi. Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses belajar terjadi melaui tahap-tahap:
·         Memperhatikan stimulus yang diberikan
·         Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.

5.    Teori Gestalt
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil. Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh. Teori gestalt banyak dipakai dalam proses desain dan cabang seni rupa lainnya, karena banyak menjelaskan bagaimana persepsi visual bisa terbentuk. Persepsi jenis ini bisa terbentuk karena:
·         Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
·         Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
·         Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
·         Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan
·         Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.

Faktor inilah yang menyebabkan kita sering bisa merasakan keteraturan dari pola-pola yang sebenarnya acak. Misalnya saat seseorang melihat awan, dia dengan mudah bisa menemukan bentuk muka seseorang. Hal ini disebut pragnan.





















Tokoh-Tokoh yang Menganut Teori Konstruktivisme

Asal kata konstruktivisme adalah “to construct” yang artinya membangun atau menyusun. suatu teori belajar yang menenkankan bahwa para siswa sebagai pebelajar tidak menerima begitu saja pengetahuan yang mereka dapatkan, tetapi mereka secara aktif membengun pengetahuan secara individual. Menurut Von Glasersfeld (dalam Anggriamurti, 2009) bahwa konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan itu dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu berinteraksi dengan lingkungannya.
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. Adapun tokoh-tokoh yang menganut teori konstruktivisme adalah sebagai berikut :

1.    Jean Piaget
Piaget yanng dikenal sebagai konstruktivis pertama menegaskan bahwa penekanan teori konstruktivisme ada pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan (prakitek). Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator atau mediator.


Unsur - unsur teori konstruktivisme :
·         Skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dab terus mengalami perkembangan mental dalam beradaptasi dengan lingkungan dan berinteraksi dengan lingkungan.
·         Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan presepsi atau pengalaman lamanya dengan pengetahuan atau pengalaman yang ia dapatkan sehingga membentuk pengetahuan yang baru.
·         Akomodasi adalah proses pembentukan skema dari pengetahuan yang ia baru dapatkan.
·         Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi.
·         Diskuilibrasi adalah ketidakseimbangan antara asimilasi dan akmodasi.

2.    Vygotsky
Dalam teorinya vygotsky menyatakana bahwa siswa dalam mengkosnstruksi suatu konsep, perlu memperhatikan lingkungan sosial.
Hakikat anak menurut teori Konstruktivisme,Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61).


Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky (Slavin, 1997), yaitu Zone of Proximal Development (ZPD) dan scaffolding.
·         Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu.
·         Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya (Slavin, 1997).  Scaffolding merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa untuk belajar dan memecahkan masalah.  Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri.
Pendekatan yang mengacu pada konstruktivisme sosial (filsafat konstruktivis sosial) disebut pendekatan konstruktivis sosial.  Filsafat konstruktivis sosial memandang kebenaran matematika tidak bersifat absolut dan mengidentifikasi matematika sebagai hasil dari pemecahan masalah dan pengajuan masalah (problem posing) oleh manusia (Ernest, 1991).  Dalam pembelajaran matematika, Cobb, Yackel dan Wood (1992) menyebutnya dengan   konstruktivisme sosio (socio-constructivism), siswa berinteraksi dengan guru, dengan siswa lainnya dan berdasarkan pada pengalaman informal siswa mengembangkan strategi-strategi  untuk merespon masalah yang diberikan.  Karakteristik pendekatan konstruktivis sosio ini sangat sesuai dengan karakteristik RME.

3.    Von Glasersfeld (dalam Doolittle dan Camp, 1999: 5) mengemukakan tiga keyakinan (tenet) sebagai epistemologi konstruktivisme.
·         Knowledge is not passively accumulated, but rather, is the result of active cognizing by the individual;
·         Cognition is an adaptive process that functions to make an individual’s behavior more viable given a particular environment;
·         Cognition organizes and makes sense of one’s experience, and is not a process to render an accurate representation of reality.
Artinya sebagai berikut :
·         Pengetahuan tidak dihimpun secara pasif, tetapi dihasilkan melalui kognisi aktif individu.
·         Kognisi merupakan proses adaptif yang berfungsi membuat perilaku individu lebih sesuai pada suatu lingkungan tententu yang diberikan.
·         Mengorganisasi kognisi dapat membuat pengertian dari pengalaman seseorang, dan bukan suatu proses untuk menghasilkan representasi akurat dari kenyataan.

Doolittle dan Camp (1999: 5) mengacu pada pendapat Dewey, Garisson, Larochelle, Bednarz dan Garisson, Gergen, dan Maturana dan Varella, menambah sebuah keyakinan (tenet) pada epistemologi konstruktivisme yang dikemukakan oleh von Glasersfeld sebagai berikut:
·         Knowing has roots both in biological/neurological construction, and in social, cultural, and language-based interactions.

Artinya sebagai berikut ;

·         Pengetahuan berakar dalam konstruksi biologis/neurologis dan dalam interaksi sosial, budaya, dan bahasa.

3 komentar: