Senin, 02 Juni 2014

TEKNIK MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN

MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
a.    Membuka Pelajaran
Kalimat-kalimat awal yang diucapkan guru merupakan penentu keberhasilan jalannya seluruh pelajaran. Tercapainya tujuan pengajaran bergantung pada metode mengajar guru di awal pelajaran. Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat menjadi tidak berguna jika guru gagal dalam memperkenalkan pelajaran. Komponen-komponen dan prinsip-prinsip dalam membuka pelajaran: Hubungan dengan Kelas. Ada banyak hal yang masih memikat perhatian murid di luar ruangan kelasnya. Hal tersebut dapat membuat murid tidak memerhatikan pelajaran yang disampaikan. Untuk mengatasi hal ini, guru dapat menetapkan titik hubungan antara murid dan pelajaran yang disampaikan. Pembukaan pelajaran harus sesuai dengan minat dan kebutuhan murid. Guru juga harus dapat membangkitkan minat belajar sampai murid dapat memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran. Pembukaan pelajaran dengan metode yang terbaik pun tidak akan ada manfaatnya jika tidak mampu membawa murid untuk memusatkan perhatian mereka. Menghubungkan Pelajaran. Hubungkan pelajaran dengan pelajaran-pelajaran sebelumnya. Setiap pelajaran baru yang diajarkan merupakan bagian dari kurikulum yang sudah ditetapkan. Pelajaran itu harus dihubungkan dengan pelajaran-pelajaran lain agar menarik perhatian murid dan menajamkan pengertian mereka terhadap rangkaian pelajaran tersebut. Dan kita dapat menyajikannya dengan lebih menarik, tetapi penuh dengan keterangan. Penyampaian pokok pelajaran harus menarik minat murid seperti halnya penyampaian pokok berita dalam sebuah surat kabar. Menguraikan Pelajaran. Setelah memperkenalkan pelajaran, guru harus mengajarkan pelajaran sesuai dengan rencana yang telah disiapkan. Mutu persiapan dapat terlihat pada waktu pengajaran itu disampaikan. Satu hal yang perlu diingat, jika tidak ada murid yang belajar dari pengajaran tersebut, itu berarti guru belum mengajarkan pelajaran itu.

b.    Menutup Pelajaran
Jangan akhiri pelajaran dengan tiba-tiba. Penutup harus dipertimbangkan dengan sebaik mungkin agar sesuai. Guru perlu merencanakan suatu penutup yang tidak tergesa-gesa dan juga dengan doa sekitar tiga sampai lima menit. Komponen-komponen dan prinsip-prinsip dalam menutup pelajaran: Merangkum Pelajaran. Sebagai penutup, hendaknya guru memberikan ringkasan dari pelajaran yang sudah disampaikan. Ringkasan pelajaran sudah tidak lagi berupa diskusi kelas atau penyampaian garis besar pelajaran, tetapi berisi ringkasan dari hal-hal yang disampaikan selama jam pelajaran dengan menekankan fakta dasar pelajaran tersebut. Menyampaikan Rencana Pelajaran Berikutnya. Waktu menutup pelajaran merupakan saat yang tepat untuk menyampaikan rencana pelajaran berikutnya. Guru dapat memberikan kilasan pelajaran untuk pertemuan berikutnya. Diharapkan hal ini dapat merangsang keinginan belajar mereka. Sebelum kelas dibubarkan, ungkapkanlah pelajaran yang akan disampaikan minggu depan dan kemukakan rencana-rencana di mana murid dapat mengambil bagian dalam pelajaran mendatang. Bangkitkan minat. Guru tentu ingin murid-muridnya kembali di pertemuan berikutnya dengan penuh semangat. Oleh karena itu, biarkan murid pulang ke rumah mereka dengan satu pertanyaan atau pernyataan yang mengesankan, yang dapat membangkitkan minat dan rasa ingin tahu mereka. Sama seperti seorang penulis yang mengakhiri sebuah bab dalam cerita bersambung, yang membuat pembaca ingin segera tahu bab berikutnya. Dengan cara yang sama, guru dapat mengakhiri pelajarannya dengan penutup yang “berklimaks” sehingga seluruh kelas menantikan pelajaran berikutnya dengan tidak sabar. Memberikan tugas. Tugas-tugas harus direncanakan dengan saksama. Perlu diingat pula sikap guru yang bersemangat dalam memberikan tugas akan mempengaruhi minat dan semangat para anggota kelas.(Benson : 80-85).


MEMPEBERIKAN PENGUATAN
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.

a.    Tujuan Pemberian Penguatan
Penguatan mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan sebagai berikut :
1.    Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran.
2.    Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar.
3.    Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif.
b.    Jenis-jenis Penguatan
  1. Penguatan verbal, Penguatan verbal biasanya diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya.
  2. Penguatan non-verbal, Penguatan non-verbal terdiri dari penguatan gerak isyarat, penguatan pendekatan, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan penguatan tak penuh (partial).
c.    Prinsip Penggunaan Penguatan
Penggunaan penguatan secara efektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan dan keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negatif.


VARIASI STIMULUS
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.

a.    Tujuan dan Manfaat
1.    Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar mengajar yang relevan.
2.    Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru.
3.    Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
4.    Guna member kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya.
b.    Prinsip Penggunaan
1.    Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.
2.    Variasi harus digunakan secara lancer dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.
3.    Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran.
c.    Komponen-komponen Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu :
1.    Variasi dalam cara mengajar guru, Variasi dalam cara mengajar guru meliputi : penggunaan variasi suara (teacher voice), Pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence), mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and movement), gerakan badan mimik, dan pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru (teachers movement).
2.    Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat pengajaran bila ditunjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba. Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut : variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids), variasi alat atau bahan yang dapat didengar (auditif aids), variasi alat atau bahan yang dapat diraba (motorik), dan variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan diraba (audio visual aids).
3.    Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan sendiri yang dilakukan anak. Penggunaan variasi pola interaksi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan. Adapun jenis pola interaksi (gaya interaksi) dapat digambarkan sebagai berikut:a (a) Pola guru-murid, yakni komunikasi sebagai aksi (satu arah) (b). Pola guru-murid-guru, yakni ada balikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antarsiswa (komunikasi sebagai interaksi) (c).  Pola guru-murid-murid, yakni ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain. (d).   Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid. Interaksi optimal antara guru dengan murid dan antara murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi, multiarah) (e). Pola melingkar, dimana setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap siswa belum mendapat giliran.


MENGELOLA KELAS YANG EFEKTIF
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar, misalnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam melaksanakan keterampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen-komponen  keterampilan, antara lain:
1.    Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif).. Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal seperti keterampilan menunjukkan sikap tanggap, member perhatian, memusatkan perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur dan member penguatan.
2.    Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini  berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Apabila terdapat siswa yang menimbulkan gangguan yang berulang-ulang walaupun guru telah menggunakan tingkah laku dan respon yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepada kepala sekolah, konselor sekolah, atau orang tua siswa.

Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan yang harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut :
1.    Campur tangan yang berlebihan (teachers instruction).
2.    Kesenyapan (fade away).
3.    Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan (stop and stars).
4.    Penyimpangan (digression).
5.    Bertele - tele (overdwelling)





TEKNIK MENGAKTIFKAN SISWA
Sebagus apapun strategi pembelajaran yang digunakan, guru tetap memerlukan teknik khusus untuk mengaktifkan kelas. Berikut dikemukakan beberapa teknik khusus yang diperlukan untuk mendorong keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
1.    Humor and joking, yaitu ungkapan atau cerita-cerita lucu terkait dengan pokok bahasan, untuk menyegarkan situasi dan untuk memancing dan menumbuhkan rasa humor di kalangan siswa.
2.    Questioning, yaitu menerapkan teknik-teknik bertanya yang tepat untuk memancing keterlibatan belajar siswa. Penerapan teknik bertanya yang tepat dapat menuntun siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir keratif dalam menguraikan suatu persoalan atau menemukan jawaban-jawaban atas tugas yang diberikan.
3.    Brainstorming, yaitu teknik untuk memancing curah pendapat di kalangan siswa terkait dengan isu-isu tertentu atau tentang hal yang akan dipelajari agar siswa dapat mengaitkan antara pengetahuan dan pengalaman sebelumnya dengan pokok bahasan yang akan dipelajarinya. Teknik ini dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, seperti penentuan tugas belajar, curah pendapat mengenai suatu kejadian atau isu, atau keperluan lain untuk mendorong keterlibatan aktif siswa. Teknik ini sangat baik untuk mengembangkan daya imajinasi dan kemampuan berpikir kreatif siswa.
4.    Educative touching, yaitu sentuhan akrab seperti tepukan tangan di pudak atau usapan jari di kepala siswa. Jika dilakukan baik di saat yang tepat, tindakan semacam ini dapat menimbulkan efek psikologis yang mendukung aktivitas belajar. Sentuhan seperti itu dapat memberi semangat belajar saat siswa menyelesaikan tugas, memberi kesejukan hati saat mengalami kesulitan belajar, dan secara umum menunjukkan perhatian penuh guru atas aktivitas dan perilaku belajar siswa.
5.    Kuis dan game, yaitu menghadirkan situasi permainan dalam membahas atau mempelajari pokok bahasan tertentu. Topik-topik tertentu akan lebih mudah dipahami dan menyenangkan untuk dipelajari jika pembelajarannya dilakukan dalam bentuk kuis atau game tertentu.
6.    Modeling, yaitu pemberian contoh atau peragaan terhadap kompetensi atau perilaku belajar tertentu yang diharapkan dikuasai siswa. Siswa dapat lebih mudah memahami suatu pokok bahasan jika bagian-bagian yang menjadi unit pembelajarannya diberi contoh atau peragaan konkrit oleh guru.
7.    Immediate feedback and rewards, contingent-specific-credible prise, yaitu pemberian balikan dan penghargaan kepada siswa segera setelah menunjukkan kinerja belajar yang efektif. Teknik ini, jika dilakukan dengan tepat, dapat mendorong keterlibatan belajar lanjut yang lebih intensif.
8.    Independent practice dan seatwork, yaitu tugas-tugas belajar untuk diselesaikan secara mandiri oleh siswa, baik selama proses pembelajaran dalam kelas, ataupun sebagai tugs pekerjaan rumah.
9.    Autehentic assignment, yaitu memberikan tugas yang berkaitan langsung dengan dunia faktual yang ada di sekitar siswa. Ini bisa berupa pemberian tugas yang terkait dengan pengalaman pribadi siswa (self experience report) atau yang terkait dengan kejadian-kejadian yang terjadi, diamati, dialami setiap hari di lingkungan sekitar mereka.

10. Small group discussion, yaitu pemberian tugas belajar yang harus dikerjakan secara bersama oleh siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Teknik ini memberikan peluang kepada keseluruhan anggota tim untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.

1 komentar: