MEMBUKA
DAN MENUTUP PELAJARAN
a.
Membuka
Pelajaran
Kalimat-kalimat
awal yang diucapkan guru merupakan penentu keberhasilan jalannya seluruh
pelajaran. Tercapainya tujuan pengajaran bergantung pada metode mengajar guru
di awal pelajaran. Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat menjadi
tidak berguna jika guru gagal dalam memperkenalkan pelajaran. Komponen-komponen
dan prinsip-prinsip dalam membuka pelajaran: Hubungan dengan Kelas.
Ada banyak hal yang masih memikat perhatian murid di luar ruangan kelasnya. Hal
tersebut dapat membuat murid tidak memerhatikan pelajaran yang disampaikan.
Untuk mengatasi hal ini, guru dapat menetapkan titik hubungan antara murid dan
pelajaran yang disampaikan. Pembukaan pelajaran harus sesuai dengan minat dan
kebutuhan murid. Guru juga harus dapat membangkitkan minat belajar sampai murid
dapat memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran. Pembukaan pelajaran dengan
metode yang terbaik pun tidak akan ada manfaatnya jika tidak mampu membawa
murid untuk memusatkan perhatian mereka. Menghubungkan Pelajaran. Hubungkan
pelajaran dengan pelajaran-pelajaran sebelumnya. Setiap pelajaran baru yang
diajarkan merupakan bagian dari kurikulum yang sudah ditetapkan. Pelajaran itu
harus dihubungkan dengan pelajaran-pelajaran lain agar menarik perhatian murid
dan menajamkan pengertian mereka terhadap rangkaian pelajaran tersebut. Dan
kita dapat menyajikannya dengan lebih menarik, tetapi penuh dengan keterangan.
Penyampaian pokok pelajaran harus menarik minat murid seperti halnya penyampaian
pokok berita dalam sebuah surat kabar. Menguraikan Pelajaran. Setelah
memperkenalkan pelajaran, guru harus mengajarkan pelajaran sesuai dengan
rencana yang telah disiapkan. Mutu persiapan dapat terlihat pada waktu
pengajaran itu disampaikan. Satu hal yang perlu diingat, jika tidak ada murid
yang belajar dari pengajaran tersebut, itu berarti guru belum mengajarkan
pelajaran itu.
b.
Menutup
Pelajaran
Jangan
akhiri pelajaran dengan tiba-tiba. Penutup harus dipertimbangkan dengan sebaik
mungkin agar sesuai. Guru perlu merencanakan suatu penutup yang tidak
tergesa-gesa dan juga dengan doa sekitar tiga sampai lima menit.
Komponen-komponen dan prinsip-prinsip dalam menutup pelajaran: Merangkum
Pelajaran. Sebagai penutup, hendaknya guru memberikan ringkasan dari
pelajaran yang sudah disampaikan. Ringkasan pelajaran sudah tidak lagi berupa
diskusi kelas atau penyampaian garis besar pelajaran, tetapi berisi ringkasan
dari hal-hal yang disampaikan selama jam pelajaran dengan menekankan fakta
dasar pelajaran tersebut. Menyampaikan Rencana Pelajaran Berikutnya. Waktu
menutup pelajaran merupakan saat yang tepat untuk menyampaikan rencana
pelajaran berikutnya. Guru dapat memberikan kilasan pelajaran untuk pertemuan
berikutnya. Diharapkan hal ini dapat merangsang keinginan belajar mereka.
Sebelum kelas dibubarkan, ungkapkanlah pelajaran yang akan disampaikan minggu
depan dan kemukakan rencana-rencana di mana murid dapat mengambil bagian dalam
pelajaran mendatang. Bangkitkan minat. Guru tentu ingin
murid-muridnya kembali di pertemuan berikutnya dengan penuh semangat. Oleh
karena itu, biarkan murid pulang ke rumah mereka dengan satu pertanyaan atau
pernyataan yang mengesankan, yang dapat membangkitkan minat dan rasa ingin tahu
mereka. Sama seperti seorang penulis yang mengakhiri sebuah bab dalam cerita
bersambung, yang membuat pembaca ingin segera tahu bab berikutnya. Dengan cara
yang sama, guru dapat mengakhiri pelajarannya dengan penutup yang “berklimaks”
sehingga seluruh kelas menantikan pelajaran berikutnya dengan tidak sabar. Memberikan
tugas. Tugas-tugas harus direncanakan dengan saksama. Perlu diingat
pula sikap guru yang bersemangat dalam memberikan tugas akan mempengaruhi minat
dan semangat para anggota kelas.(Benson : 80-85).
MEMPEBERIKAN
PENGUATAN
Penguatan
(reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal
ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru
terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan
balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu
dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah
laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku
tersebut.
a.
Tujuan
Pemberian Penguatan
Penguatan mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif
terhadap proses belajar siswa dan bertujuan sebagai berikut :
1. Meningkatkan perhatian siswa
terhadap pelajaran.
2. Merangsang dan meningkatkan motivasi
belajar.
3. Meningkatkan kegiatan belajar dan
membina tingkah laku siswa yang produktif.
b.
Jenis-jenis
Penguatan
- Penguatan verbal, Penguatan
verbal biasanya diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian,
penghargaan, persetujuan dan sebagainya.
- Penguatan non-verbal, Penguatan
non-verbal terdiri dari penguatan gerak isyarat, penguatan pendekatan,
penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang
menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan penguatan tak penuh (partial).
c.
Prinsip
Penggunaan Penguatan
Penggunaan penguatan secara efektif harus memperhatikan tiga
hal, yaitu kehangatan dan keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari
penggunaan respons yang negatif.
VARIASI
STIMULUS
Variasi
stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar
mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi
belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta
penuh partisipasi.
a.
Tujuan
dan Manfaat
1. Untuk menimbulkan dan meningkatkan
perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar mengajar yang relevan.
2. Untuk memberikan kesempatan bagi
berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal
yang baru.
3. Untuk memupuk tingkah laku yang
positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih
hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
4. Guna member kesempatan kepada siswa
untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya.
b.
Prinsip
Penggunaan
1. Variasi hendaknya digunakan dengan
suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.
2. Variasi harus digunakan secara
lancer dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan
tidak mengganggu pelajaran.
3. Direncanakan secara baik, dan secara
eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran.
c.
Komponen-komponen
Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi dalam
kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam
pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen,
yaitu :
1. Variasi dalam cara mengajar guru, Variasi dalam cara mengajar guru
meliputi : penggunaan variasi suara (teacher voice), Pemusatan
perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau kebisuan guru (teacher
silence), mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and movement),
gerakan badan mimik, dan pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru (teachers
movement).
2. Variasi dalam penggunaan media dan
alat pengajaran.
Media dan alat pengajaran bila ditunjau dari indera yang digunakan dapat
digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba.
Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut : variasi
alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids), variasi alat atau
bahan yang dapat didengar (auditif aids), variasi alat atau bahan yang
dapat diraba (motorik), dan variasi alat atau bahan yang dapat didengar,
dilihat dan diraba (audio visual aids).
3. Variasi pola interaksi dan kegiatan
siswa. Pola interaksi
guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam
coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan sendiri
yang dilakukan anak. Penggunaan variasi pola interaksi dimaksudkan agar tidak
menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan. Adapun jenis pola interaksi (gaya
interaksi) dapat digambarkan sebagai berikut:a (a) Pola guru-murid, yakni
komunikasi sebagai aksi (satu arah) (b). Pola guru-murid-guru, yakni ada
balikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antarsiswa (komunikasi
sebagai interaksi) (c). Pola guru-murid-murid, yakni ada balikan bagi
guru, siswa saling belajar satu sama lain. (d). Pola guru-murid,
murid-guru, murid-murid. Interaksi optimal antara guru dengan murid dan antara
murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi, multiarah) (e). Pola
melingkar, dimana setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan
atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap siswa belum
mendapat giliran.
MENGELOLA
KELAS YANG EFEKTIF
Pengelolaan
kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar,
misalnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas,
pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau
penetapan norma kelompok yang produktif.
Suatu
kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan
sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk
mencapai tujuan pengajaran. Dalam melaksanakan keterampilan mengelola kelas
maka perlu diperhatikan komponen-komponen keterampilan, antara lain:
1. Keterampilan yang berhubungan dengan
penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif)..
Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan
mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal
seperti keterampilan menunjukkan sikap tanggap, member perhatian, memusatkan
perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk-petunjuk yang
jelas, menegur dan member penguatan.
2. Keterampilan yang berhubungan dengan
pengembalian kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini berkaitan
dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud
agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi
belajar yang optimal. Apabila terdapat siswa yang menimbulkan gangguan yang
berulang-ulang walaupun guru telah menggunakan tingkah laku dan respon yang sesuai,
guru dapat meminta bantuan kepada kepala sekolah, konselor sekolah, atau orang
tua siswa.
Dalam
usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan yang harus
dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut :
1. Campur tangan yang berlebihan (teachers
instruction).
2. Kesenyapan (fade away).
3. Ketidaktepatan memulai dan
mengakhiri kegiatan (stop and stars).
4. Penyimpangan (digression).
5. Bertele - tele (overdwelling)
TEKNIK
MENGAKTIFKAN SISWA
Sebagus apapun strategi pembelajaran yang
digunakan, guru tetap memerlukan teknik khusus untuk mengaktifkan kelas.
Berikut dikemukakan beberapa teknik khusus yang diperlukan untuk mendorong
keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
1. Humor and joking,
yaitu ungkapan atau cerita-cerita lucu terkait dengan pokok bahasan, untuk
menyegarkan situasi dan untuk memancing dan menumbuhkan rasa humor di kalangan
siswa.
2. Questioning,
yaitu menerapkan teknik-teknik bertanya yang tepat untuk memancing keterlibatan
belajar siswa. Penerapan teknik bertanya yang tepat dapat menuntun siswa dalam
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir keratif dalam menguraikan
suatu persoalan atau menemukan jawaban-jawaban atas tugas yang diberikan.
3. Brainstorming,
yaitu teknik untuk memancing curah pendapat di kalangan siswa terkait dengan
isu-isu tertentu atau tentang hal yang akan dipelajari agar siswa dapat
mengaitkan antara pengetahuan dan pengalaman sebelumnya dengan pokok bahasan
yang akan dipelajarinya. Teknik ini dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan,
seperti penentuan tugas belajar, curah pendapat mengenai suatu kejadian atau
isu, atau keperluan lain untuk mendorong keterlibatan aktif siswa. Teknik ini
sangat baik untuk mengembangkan daya imajinasi dan kemampuan berpikir kreatif
siswa.
4. Educative touching,
yaitu sentuhan akrab seperti tepukan tangan di pudak atau usapan jari di kepala
siswa. Jika dilakukan baik di saat yang tepat, tindakan semacam ini dapat
menimbulkan efek psikologis yang mendukung aktivitas belajar. Sentuhan seperti
itu dapat memberi semangat belajar saat siswa menyelesaikan tugas, memberi
kesejukan hati saat mengalami kesulitan belajar, dan secara umum menunjukkan
perhatian penuh guru atas aktivitas dan perilaku belajar siswa.
5. Kuis dan game,
yaitu menghadirkan situasi permainan dalam membahas atau mempelajari pokok
bahasan tertentu. Topik-topik tertentu akan lebih mudah dipahami dan
menyenangkan untuk dipelajari jika pembelajarannya dilakukan dalam bentuk kuis
atau game tertentu.
6. Modeling,
yaitu pemberian contoh atau peragaan terhadap kompetensi atau perilaku belajar
tertentu yang diharapkan dikuasai siswa. Siswa dapat lebih mudah memahami suatu
pokok bahasan jika bagian-bagian yang menjadi unit pembelajarannya diberi
contoh atau peragaan konkrit oleh guru.
7. Immediate feedback and rewards,
contingent-specific-credible prise,
yaitu pemberian balikan dan penghargaan kepada siswa segera setelah menunjukkan
kinerja belajar yang efektif. Teknik ini, jika dilakukan dengan tepat, dapat
mendorong keterlibatan belajar lanjut yang lebih intensif.
8. Independent practice dan seatwork, yaitu tugas-tugas belajar untuk diselesaikan secara
mandiri oleh siswa, baik selama proses pembelajaran dalam kelas, ataupun
sebagai tugs pekerjaan rumah.
9. Autehentic assignment,
yaitu memberikan tugas yang berkaitan langsung dengan dunia faktual yang ada di
sekitar siswa. Ini bisa berupa pemberian tugas yang terkait dengan pengalaman
pribadi siswa (self experience report) atau yang terkait dengan
kejadian-kejadian yang terjadi, diamati, dialami setiap hari di lingkungan
sekitar mereka.
10. Small group discussion,
yaitu pemberian tugas belajar yang harus dikerjakan secara bersama oleh siswa
dalam kelompok-kelompok kecil. Teknik ini memberikan peluang kepada keseluruhan
anggota tim untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.
Teri maksih sudah berbagi. salam literasi
BalasHapus